UPACARA TABUIK SUMATERA BARAT


       Upacara Tabuik dilaksanakan oleh masyarakat di Kota Pariman Provinsi Sumatera Barat, setiap tahun pada tanggal 1 - 10 Muharam dalam rangka memperingati syahidnya Husein bin Abi Thalib ( cucu nabi Muhammad ) di Padang Karbela yang ditandai dengan usungan keranda tabuik sebagai simbol jasad Husein.

ASAL USUL UPACARA TABUIK

      Awal sejarah Upacara Tabuik dimulai ketika bangsa Cipei yakni sisa pasukan Inggris (Gurkha) membawa masuk perayaan tabuik dari Bengkulu ke daerah Pariaman. Peristiwa itu terjadi setelah perjanjian Traktat London tahun 1824 antara Inggris dan Belanda.

      Dalam peperangan melawan tentara Yazid bin Muawiyah, Husein bin Ali dipancung, jasadnya dicincang lalu kepalanya dipisahkan dari tubuhnya. Setelah Husein dibunuh, arak-arakkan yang dibawa serombongan malaikat tiba-tiba turun dari langit.

      Semua bagian tubuh Husein yang terbelah dimasukkan ke dalam arak-arakkan dan dibawah terbang seekor burak naik ke langit. Tanpa diketahui malaikat, seseorang dari bangsa Cipei ikut bergantung pada keranda yang membawa mayat Husein.

      Di tengah perjalanan, malaikat menyuruh orang Cipei tersebut untuk kembali ke bumi. Sempat tidak menuruti perkataan malaikat tetapi akhirnya turun ke bumi, orang Cipei itu kemudian menuruti anjuran malaikat untuk membuat arak-arakkan yang dilihatnya.

      Sejak saat itu, bangsa Cipei menyelenggarakan arak-arakkan dalam wujud tabut yang dibawa berkeliling kampung pada setiap awal bulan. Tradisi itu pun dikenal dengan Upacara Tabuik oleh masyarakat Pariaman dan diselenggarakan secara turun menurun.

MAKNA UPACARA TABUIK

- Simbol pelepasan roh Imam Husein

- Perpaduan adat dan agama

- Gotong royong




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer